LOGIKA
Logika berasal dari kata Yunani kuno λόγος (logos) yang berarti hasil
pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam
bahasa. Logika adalah salah satu cabang filsafat.
Sebagai
ilmu, logika disebut dengan logike episteme (bahasa Latin: logica scientia) atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir secara
lurus, tepat, dan teratur.[1]
Ilmu
di sini mengacu pada kemampuan rasional untuk mengetahui dan kecakapan
mengacu pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan ke dalam
tindakan. Kata logis yang dipergunakan tersebut bisa juga diartikan dengan
masuk akal.
Logika sebagai ilmu pengetahuan
Logika
merupakan sebuah ilmu pengetahuan di mana objek materialnya adalah berpikir
(khususnya penalaran/proses penalaran) dan objek formal logika adalah
berpikir/penalaran yang ditinjau dari segi ketepatannya.
Logika sebagai cabang filsafat
Logika
adalah sebuah cabang filsafat yang praktis. Praktis di sini berarti logika
dapat dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Logika
lahir bersama-sama dengan lahirnya filsafat di Yunani. Dalam usaha untuk menaruh
pikiran-pikirannya serta pendapat-pendapatnya, filsuf-filsuf Yunani kuno tidak
jarang mencoba membantah pikiran yang lain dengan menunjukkan kesesatan penalarannya.
Logika
digunakan untuk melakukan pembuktian. Logika mengatakan yang bentuk inferensi yang
berlaku dan yang tidak. Secara tradisional, logika dipelajari sebagai cabang filosofi, tetapi juga bisa dianggap sebagai cabang matematika. Logika tidak bisa dihindarkan dalam proses hidup
mencari kebenaran.
Dasar-dasar Logika
Konsep
bentuk logis
adalah inti dari logika. Konsep itu menyatakan bahwa kesahihan
(validitas) sebuah argumen ditentukan oleh bentuk logisnya, bukan oleh isinya.
Dalam hal ini logika menjadi alat untuk menganalisis argumen, yakni hubungan
antara kesimpulan dan bukti atau bukti-bukti yang diberikan (premis). Logika
silogistik tradisional Aristoteles dan logika simbolik modern adalah
contoh-contoh dari logika formal.
Dasar
penalaran dalam logika ada dua, yakni deduktif dan induktif.
Penalaran deduktif

Penalaran
deduktif, kadang disebut logika deduktif, adalah penalaran yang membangun atau
mengevaluasi argumen deduktif. Argumen dinyatakan deduktif jika kebenaran dari
kesimpulan ditarik atau merupakan konsekuensi logis dari premis-premisnya.
Argumen deduktif dinyatakan valid atau tidak valid, bukan benar atau salah.
Sebuah argumen deduktif dinyatakan valid jika dan hanya jika kesimpulannya
merupakan konsekuensi logis dari premis-premisnya.
Contoh
argumen deduktif:
- Setiap mamalia punya sebuah jantung
- Semua kuda adalah mamalia
- ∴ Setiap kuda punya sebuah jantung
Penalaran induktif

Penalaran
induktif, kadang disebut logika induktif, adalah penalaran yang berangkat dari
serangkaian fakta-fakta khusus untuk mencapai kesimpulan umum.
Contoh
argumen induktif:
- Kuda Sumba punya sebuah jantung
- Kuda Australia punya sebuah jantung
- Kuda Amerika punya sebuah jantung
- Kuda Inggris punya sebuah jantung
- ∴ Setiap kuda punya sebuah jantung
Tabel
di bawah ini menunjukkan beberapa ciri utama yang membedakan penalaran induktif
dan deduktif.
Deduktif
|
Induktif
|
Jika
semua premis benar maka kesimpulan pasti benar.
|
Jika
premis benar, kesimpulan mungkin benar, tetapi tak pasti benar.
|
Semua
informasi atau fakta pada kesimpulan sudah ada, sekurangnya secara implisit,
dalam premis.
|
Kesimpulan
memuat informasi yang tak ada, bahkan secara implisit, dalam premis.
|
Sejarah Logika
Masa Yunani Kuno
Sejarah
(bahasa Yunani: ἱστορία, historia, yang berarti "penyelidikan,
pengetahuan yang diperoleh melalui penelitian")[2][3] adalah studi tentang masa lalu, khususnya bagaimana
kaitannya dengan manusia.[4][5] Dalam bahasa Indonesia sejarah babad, hikayat, riwayat, atau tambo
dapat diartikan sebagai kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada
masa lampau atau asal usul (keturunan) silsilah, terutama bagi raja-raja yang
memerintah.[6] Ini adalah istilah umum
yang berhubungan dengan peristiwa masa lalu serta penemuan, koleksi,
organisasi, dan penyajian informasi mengenai peristiwa ini. Istilah
ini mencakup kosmik, geologi, dan sejarah makhluk hidup, tetapi seringkali
secara umum diartikan sebagai sejarah manusia. Para sarjana yang menulis tentang sejarah
disebut ahli sejarah atau sejarawan. Peristiwa yang terjadi sebelum
catatan tertulis disebut Prasejarah.
Sejarah
juga dapat mengacu pada bidang akademis yang
menggunakan narasi untuk memeriksa dan menganalisis urutan peristiwa masa
lalu, dan secara objektif menentukan pola sebab dan akibat yang menentukan
mereka.[7][8] Ahli sejarah terkadang memperdebatkan sifat sejarah dan kegunaannya dengan membahas studi tentang
ilmu sejarah sebagai tujuan itu sendiri dan sebagai cara untuk memberikan
"pandangan" pada permasalahan masa kini.[7][9][10][11]
Cerita
umum untuk suatu budaya tertentu, tetapi tidak didukung oleh pihak luar
(seperti cerita seputar Raja Arthur) biasanya diklasifikasikan
sebagai warisan budaya atau legenda, karena mereka tidak mendukung "penyelidikan
tertarik" yang diperlukan dari disiplin sejarah.[12][13] Herodotus, abad ke-5 SM ahli sejarah
Yunani dalam masyarakat Barat dianggap sebagai "bapak
sejarah", dan, bersama dengan kontemporer Thucydides, membantu membentuk dasar bagi studi modern sejarah
manusia. Kiprah mereka terus dibaca hari ini dan kesenjangan antara budaya
Herodotus dan Thucydides militer yang berfokus tetap menjadi titik pertikaian
atau pendekatan dalam penulisan sejarah moderen. Dalam tradisi Timur, sebuah
riwayat negara Chun Qiu dikenal untuk dikompilasi mulai sejak 722 SM meski
teks-teks abad ke-2 SM selamat.
Pengaruh
kuno telah membantu penafsiran varian bibit sifat sejarah yang telah berkembang
selama berabad-abad dan terus berubah hari ini. Studi modern sejarah mulai
meluas, dan termasuk studi tentang daerah tertentu dan studi topikal tertentu
atau unsur tematik dalam penyelidikan sejarah. Seringkali sejarah diajarkan
sebagai bagian dari pendidikan dasar dan menengah, dan studi akademis sejarah
adalah ilmu utama
dalam penelitian di Universitas.
Etimologi
Lukisan
dengan judul History atau Sejarah oleh Frederick
Dielman (1896)
Kata sejarah
secara harafiah berasal dari kata Arab (شجرة, šajaratun)
yang artinya pohon. Dalam bahasa Arab sendiri, sejarah disebut tarikh
(تاريخ). Adapun kata tarikh dalam bahasa
Indonesia artinya kurang lebih adalah waktu atau penanggalan.
Kata Sejarah lebih dekat pada bahasa Yunani yaitu historia yang berarti
ilmu atau orang pandai. Kemudian dalam bahasa Inggris menjadi history,
yang berarti masa lalu manusia. Kata lain yang mendekati acuan tersebut adalah Geschichte
yang berarti sudah terjadi.
Dalam
istilah bahasa-bahasa Eropa, asal-muasal istilah sejarah yang dipakai dalam
literatur bahasa Indonesia itu terdapat beberapa variasi, meskipun begitu,
banyak yang mengakui bahwa istilah sejarah berasal-muasal,dalam bahasa Yunani
historia. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan history, bahasa Prancis historie,
bahasa Italia storia, bahasa Jerman geschichte, yang berarti yang terjadi, dan
bahasa Belanda dikenal gescheiedenis.
Istilah
ini masuk dalam bahasa Inggris pada tahun
1390 dengan makna "hubungan kejadian, cerita". Pada Bahasa Inggris Pertengahan,
artinya adalah "cerita" secara umum. Pembatasan terhadap arti
"catatan peristiwa masa lalu" muncul pada akhir abad ke-15. Saat itu
masih dalam arti Yunani yang pada saat itu juga Francis Bacon menggunakan istilah tersebut pada akhir abad
ke-16, ketika ia menulis tentang "Sejarah Alam". baginya, historia adalah
"pengetahuan tentang objek yang ditentukan oleh ruang dan waktu",
sehingga jenis pengetahuan disediakan oleh Ingatan (sementara Ilmu disediakan oleh akal,
dan puisi disediakan oleh fantasi).
Menilik
pada makna secara kebahasaan dari berbagai bahasa di atas dapat ditegaskan
bahwa pengertian sejarah menyangkut dengan waktu dan peristiwa. Oleh karena itu
masalah waktu penting dalam memahami satu peristiwa, maka para sejarawan
cenderung mengatasi masalah ini dengan membuat periodisasi.
Dalam
sebuah ekspresi linguistik sintetik vs. analitik / isolasi dikotomi, (史 vs. 诌)
sekarang menunjuk kata yang berbeda untuk sejarah manusia atau bercerita secara umum. Di Jerman, Perancis, dan sebagian
bahasa Jermanik dan Romantis, kata yang sama masih digunakan untuk pemakaian
kata "sejarah" dan "cerita".
kata
sifat historical dibuktikan dari tahun 1661, dan historic dari
tahun 1669.[14]
Historian dalam pengartian sebuah
"Peneliti sejarah" dibuktikan dari tahun 1531. dalam semua bahasa Eropa,
"sejarah" masih digunakan untuk pemakaian kata "apa yang terjadi
dengan laki-laki", dan "studi ilmiah yang terjadi", arti yang
terakhir kadang-kadang dibedakan dengan huruf kapital, "Sejarah",
atau kata historiografi.[15]
Logika
dimulai sejak Thales (624 SM - 548 SM), filsuf Yunani
pertama yang meninggalkan segala dongeng, takhayul, dan cerita-cerita isapan
jempol dan berpaling kepada akal budi untuk memecahkan rahasia alam semesta.
Thales
mengatakan bahwa air adalah arkhe (Yunani) yang berarti prinsip atau asas utama
alam semesta. Saat itu Thales telah mengenalkan logika induktif.
Aristoteles kemudian mengenalkan logika sebagai ilmu, yang
kemudian disebut logica scientica. Aristoteles mengatakan bahwa Thales
menarik kesimpulan bahwa air adalah arkhe alam semesta dengan alasan
bahwa air adalah jiwa segala sesuatu.
Dalam
logika Thales, air adalah arkhe alam semesta, yang menurut Aristoteles
disimpulkan dari:
- Air adalah jiwa tumbuh-tumbuhan (karena tanpa air tumbuhan mati)
- Air adalah jiwa hewan dan jiwa manusia
- Air jugalah uap
- Air jugalah es
Jadi,
air adalah jiwa dari segala sesuatu, yang berarti, air adalah arkhe alam
semesta.
Sejak
saat Thales sang filsuf mengenalkan pernyataannya, logika telah mulai
dikembangkan. Kaum Sofis beserta Plato (427 SM-347 SM) juga telah merintis dan memberikan
saran-saran dalam bidang ini.
Pada
masa Aristoteles logika masih disebut dengan analitica , yang secara khusus
meneliti berbagai argumentasi yang berangkat dari proposisi yang benar, dan dialektika yang secara khusus
meneliti argumentasi yang berangkat dari proposisi yang masih diragukan
kebenarannya. Inti dari logika Aristoteles adalah silogisme.
Buku
Aristoteles to Oraganon (alat) berjumlah enam, yaitu:
- Categoriae menguraikan pengertian-pengertian
- De interpretatione tentang keputusan-keputusan
- Analytica Posteriora tentang pembuktian.
- Analytica Priora tentang Silogisme.
- Topica tentang argumentasi dan metode berdebat.
- De sohisticis elenchis tentang kesesatan dan kekeliruan berpikir.
Pada
370 SM - 288 SM Theophrastus, murid Aristoteles yang menjadi pemimpin Lyceum, melanjutkan pengembangn logika.
Istilah
logika untuk pertama kalinya dikenalkan oleh Zeno dari Citium 334 SM - 226 SM pelopor Kaum Stoa. Sistematisasi logika terjadi pada masa Galenus (130 M - 201 M) dan Sextus
Empiricus 200 M, dua orang
dokter medis yang mengembangkan logika dengan menerapkan metode geometri.
Porohyus (232 -
305)
membuat suatu pengantar (eisagoge) pada Categoriae, salah satu
buku Aristoteles.
Boethius (480-524) menerjemahkan Eisagoge Porphyrius
ke dalam bahasa Latin dan menambahkan komentar- komentarnya.
St. Yohanes dari Damaskus (674 -
749)
menerbitkan Fons Scienteae.
Abad pertengahan dan logika modern
Pada
abad 9 hingga abad 15, buku-buku Aristoteles seperti De Interpretatione,
Eisagoge oleh Porphyus dan karya Boethius masih digunakan.
St.
Thomas Aquinas 1224-1274
dan kawan-kawannya berusaha mengadakan sistematisasi logika.[2]
Lahirlah
logika modern dengan tokoh-tokoh seperti:
- Petrus Hispanus (1210 - 1278)
- Roger Bacon (1214-1292)
- Raymundus Lullus (1232 -1315) yang menemukan metode logika baru yang dinamakan Ars Magna, yang merupakan semacam aljabar pengertian.
- William Ocham (1295 - 1349)
Pengembangan
dan penggunaan logika Aristoteles secara murni diteruskan oleh Thomas Hobbes (1588
- 1679) dengan karyanya Leviatan dan John Locke (1632-1704)
dalam An Essay Concerning Human Understanding
Francis Bacon (1561 - 1626)
mengembangkan logika induktif yang diperkenalkan dalam bukunya Novum Organum
Scientiarum.
J.S. Mills
(1806 - 1873) melanjutkan logika yang menekankan pada
pemikiran induksi dalam bukunya System of Logic
Lalu
logika diperkaya dengan hadirnya pelopor-pelopor logika simbolik seperti:
- Gottfried Leibniz (1646-1716) menyusun logika aljabar berdasarkan Ars Magna dari Raymundus Lullus. Logika ini bertujuan menyederhanakan pekerjaan akal budi dan lebih mempertajam kepastian.
- George Boole (1815-1864)
- John Venn (1834-1923)
- Gottlob Frege (1848 - 1925)
Lalu
Chares Sanders
Peirce (1839-1914), seorang filsuf Amerika Serikat yang pernah mengajar di Johns Hopkins University,melengkapi
logika simbolik dengan karya-karya tulisnya. Ia memperkenalkan dalil Peirce (Peirce's
Law) yang menafsirkan logika selaku teori umum mengenai tanda (general
theory of signs)
Puncak
kejayaan logika simbolik terjadi pada tahun 1910-1913
dengan terbitnya Principia Mathematica tiga jilid yang merupakan karya
bersama Alfred North Whitehead (1861 - 1914)
dan Bertrand Arthur William Russel (1872 - 1970).
Logika
simbolik lalu diteruskan oleh Ludwig Wittgenstein (1889-1951),
Rudolf Carnap (1891-1970),
Kurt Godel
(1906-1978), dan lain-lain.
Logika sebagai matematika murni
Logika
masuk ke dalam kategori matematika murni karena matematika adalah logika yang
tersistematisasi. Matematika adalah pendekatan logika kepada metode ilmu ukur
yang menggunakan tanda-tanda atau simbol-simbol matematik (logika simbolik). Logika tersistematisasi dikenalkan oleh dua
orang dokter medis, Galenus (130-201 M) dan Sextus Empiricus
(sekitar 200 M) yang mengembangkan logika dengan menerapkan metode geometri.
Puncak
logika simbolik terjadi pada tahun 1910-1913
dengan terbitnya Principia Mathematica tiga jilid yang merupakan karya
bersama Alfred North Whitehead (1861
- 1914) dan Bertrand Arthur William Russel
(1872 - 1970).
Kegunaan logika
- Membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis, lurus, tetap, tertib, metodis dan koheren.
- Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif.
- Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri.
- Memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan menggunakan asas-asas sistematis
- Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahan-kesalahan berpkir, kekeliruan, serta kesesatan.
- Mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian.
- Terhindar dari klenik, tahayul, atau kepercayaan turun-temurun (bahasa Jawa: gugon-tuhon)
- Apabila sudah mampu berpikir rasional, kritis, lurus, metodis dan analitis sebagaimana tersebut pada butir pertama maka akan meningkatkan citra diri seseorang.
Macam-macam logika
Logika alamiah
Logika
alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir secara tepat dan lurus
sebelum dipengaruhi oleh keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan
yang subjektif. Kemampuan logika alamiah manusia ada sejak lahir. Logika ini
bisa dipelajari dengan memberi contoh penerapan dalam kehidupan nyata.
Logika ilmiah
Logika ilmiah memperhalus, mempertajam pikiran serta akal budi. Logika
ilmiah menjadi ilmu khusus yang merumuskan asas-asas yang harus ditepati dalam
setiap pemikiran. Berkat pertolongan logika ilmiah inilah akal budi dapat
bekerja dengan lebih tepat, lebih teliti, lebih mudah, dan lebih aman. Logika
ilmiah dimaksudkan untuk menghindarkan kesesatan atau, paling tidak, dikurangi.
CONTOH PENGGUNAAN ILMU LOGIKA DALAM FILSAFAT
Contoh Penggunaan Ilmu Logika Dalam
Bidang Filsafat
Ilmu logika dapat menambah kecerdasan kita dalam berpikir. Sebagaimana yang saya alami. Sebelum belajar ilmu logika, saya merasa kesulitan memahami buku-buku yang diluar bidang saya. Misalnya buku eletronik. Dengan berbagai istilah yang asing, saya dibikin pusing oleh buku tersebut. Tetapi setelah mempelajari ilmu logika, maka tidak ada kalimat yang tidak dapat dipahami. Membaca buku terasa lebih menyenangkan daripada biasanya. Ini tidak berarti bahwa setiap anda membaca kalimat dalam buku, secara otomatis akan mengerti maknanya, tetapi dengan memahami ilmu logika, anda memiliki strategi yang efektif untuk mengetahui makna setiap kalimat yang belum jelas maknanya, membuat kita mengetahui apakah kita yang bodoh, atau dia (yang memberi pernyataan) yang tidak memberikan uraian yang jelas? Sebagai contoh di bidang filsafat mungkin anda menemukan kalimat:
"Isi adalah kosong".
Setelah anda mengetahui kalimat itu, apakah anda memahami makna yang sebenarnya? Jika anda merasa memahami maknanya, yakinkan bahwa penafsiran anda tepat? Lalu bagaimana ilmu logika memberikan strategi untuk memahami makna kalimat tersebut? Yaitu dengan cara mencari argument pernyataan itu dari pihak yang memberi pernyataan tersebut. Misalnya bila kalimat tersebut anda temukan dalam sebuah buku, maka anda harus menemukan argumentnya dari buku itu juga. Jika kalimat itu adalah kalimat logika, maka pastilah ada argumetnya. Misalnya :"isi adalah kosong, karena isi itu berasal dari kosong". Kalimat ini berisi dua pernyataan, yaitu :
Isi adalah kosong
Isi berasal dari kosong
Tetapi pada hakikatnya memiliki tiga pernyataan. Kita mengetahui pernyataan yang ketiga, tersirat, menurut rumus ilmu logika. Ketiga kalimat itu yaitu :
Isi adalah kosong
Isi berasal dari kosong
Setiap yang berasal dari kosong itu sama dengan kosong
Nah, sampai disini apakah anda sudah mengerti maknanya? Jika belum, maka menurut ilmu logika, anda jangan terus memikirkan kalimat pertama, melainkan memperhatikan salah satu dari argumentnya, mislanya argument,"setiap yang berasal dari kosong itu sama dengan kosong". Anda harus menemukan argument dari argument ini dalam buku tersebut. Misalnya argument dari kalimat tersebut adalah "karena setiap yang berasal dari kosong itu tidak ada". Mari kita uraikan dalam susun pikiran 3 kalimat :
Setiap yang berasal dari kosong itu sama dengan kosong
Setiap yang berasal dari kosong itu tidak ada
Setiap yang tidak ada itu sama dengan kosong
Nah, dari ketiga kalimat tersebut manakah yang tidak anda mengerti? Mungkin anda sudah mengerti dan mungkin masih mengerutkan kening, belum mengerti, karena belum terbiasa dengan alur logika yang berantai. Marilah saya jelaskan bahasa logika diatas dengan mengumpamakannya kepada. Sebagai berikut :
Tempe itu kacang
Tempe itu berasal dari kacang
Setiap yang berasal dari kacang adalah (hakikatnya) kacang (juga)
Jadi telah dipahami bahwa benar tempe itu kacang dengan pengertian tempe itu (hakikatnya)kacang. Jadi telah dipahami bahwa isi itu kosong, dengan pengertian bahwa isi itu (hakikatnya) kosong.
Jika anda sudah menerima bahwa hakikat dari tempe itu adalah kacang, mengapa anda belum menerima kalau isi itu hakikatnya kosong? Mungkin karena anda sudah mengetahi proses pembuatan tempe, tetapi anda belum tahu proses pembuatan isi? Jika demikian, maka untuk lebih memahami filsafat isi kosong itu berarti anda harus mencari tahu bagaimana proses perubahan kosong menjadi isi, seperti proses perubahan kacang menjadi tempe. Jika dalam buku filsafat yang anda baca itu tidak ada penjelasannya, maka tidak usah pusing memikirkannya, berarti memang penulis buku tersebut tidak memberikan uraian yang jelas untuk anda. Betapapun usaha kita untuk mengerti sebuah makna kalimat yang bersifat logika, bila tidak menemukan argumentnya, maka kita tidak akan mengerti.
Ini hanya segelintir contoh. Saya tidak bermaksud mengajarkan filsafat isi kosong kepada anda, melainkan ingin menjelaskan bahwa logika memberikan langkah alur pemikiran yang jelas kepada kita, sehingga merasa ringan dan enjoy dalam mempelajari apapun pengetahuan yang ingin kita pelajari.
Ilmu logika dapat menambah kecerdasan kita dalam berpikir. Sebagaimana yang saya alami. Sebelum belajar ilmu logika, saya merasa kesulitan memahami buku-buku yang diluar bidang saya. Misalnya buku eletronik. Dengan berbagai istilah yang asing, saya dibikin pusing oleh buku tersebut. Tetapi setelah mempelajari ilmu logika, maka tidak ada kalimat yang tidak dapat dipahami. Membaca buku terasa lebih menyenangkan daripada biasanya. Ini tidak berarti bahwa setiap anda membaca kalimat dalam buku, secara otomatis akan mengerti maknanya, tetapi dengan memahami ilmu logika, anda memiliki strategi yang efektif untuk mengetahui makna setiap kalimat yang belum jelas maknanya, membuat kita mengetahui apakah kita yang bodoh, atau dia (yang memberi pernyataan) yang tidak memberikan uraian yang jelas? Sebagai contoh di bidang filsafat mungkin anda menemukan kalimat:
"Isi adalah kosong".
Setelah anda mengetahui kalimat itu, apakah anda memahami makna yang sebenarnya? Jika anda merasa memahami maknanya, yakinkan bahwa penafsiran anda tepat? Lalu bagaimana ilmu logika memberikan strategi untuk memahami makna kalimat tersebut? Yaitu dengan cara mencari argument pernyataan itu dari pihak yang memberi pernyataan tersebut. Misalnya bila kalimat tersebut anda temukan dalam sebuah buku, maka anda harus menemukan argumentnya dari buku itu juga. Jika kalimat itu adalah kalimat logika, maka pastilah ada argumetnya. Misalnya :"isi adalah kosong, karena isi itu berasal dari kosong". Kalimat ini berisi dua pernyataan, yaitu :
Isi adalah kosong
Isi berasal dari kosong
Tetapi pada hakikatnya memiliki tiga pernyataan. Kita mengetahui pernyataan yang ketiga, tersirat, menurut rumus ilmu logika. Ketiga kalimat itu yaitu :
Isi adalah kosong
Isi berasal dari kosong
Setiap yang berasal dari kosong itu sama dengan kosong
Nah, sampai disini apakah anda sudah mengerti maknanya? Jika belum, maka menurut ilmu logika, anda jangan terus memikirkan kalimat pertama, melainkan memperhatikan salah satu dari argumentnya, mislanya argument,"setiap yang berasal dari kosong itu sama dengan kosong". Anda harus menemukan argument dari argument ini dalam buku tersebut. Misalnya argument dari kalimat tersebut adalah "karena setiap yang berasal dari kosong itu tidak ada". Mari kita uraikan dalam susun pikiran 3 kalimat :
Setiap yang berasal dari kosong itu sama dengan kosong
Setiap yang berasal dari kosong itu tidak ada
Setiap yang tidak ada itu sama dengan kosong
Nah, dari ketiga kalimat tersebut manakah yang tidak anda mengerti? Mungkin anda sudah mengerti dan mungkin masih mengerutkan kening, belum mengerti, karena belum terbiasa dengan alur logika yang berantai. Marilah saya jelaskan bahasa logika diatas dengan mengumpamakannya kepada. Sebagai berikut :
Tempe itu kacang
Tempe itu berasal dari kacang
Setiap yang berasal dari kacang adalah (hakikatnya) kacang (juga)
Jadi telah dipahami bahwa benar tempe itu kacang dengan pengertian tempe itu (hakikatnya)kacang. Jadi telah dipahami bahwa isi itu kosong, dengan pengertian bahwa isi itu (hakikatnya) kosong.
Jika anda sudah menerima bahwa hakikat dari tempe itu adalah kacang, mengapa anda belum menerima kalau isi itu hakikatnya kosong? Mungkin karena anda sudah mengetahi proses pembuatan tempe, tetapi anda belum tahu proses pembuatan isi? Jika demikian, maka untuk lebih memahami filsafat isi kosong itu berarti anda harus mencari tahu bagaimana proses perubahan kosong menjadi isi, seperti proses perubahan kacang menjadi tempe. Jika dalam buku filsafat yang anda baca itu tidak ada penjelasannya, maka tidak usah pusing memikirkannya, berarti memang penulis buku tersebut tidak memberikan uraian yang jelas untuk anda. Betapapun usaha kita untuk mengerti sebuah makna kalimat yang bersifat logika, bila tidak menemukan argumentnya, maka kita tidak akan mengerti.
Ini hanya segelintir contoh. Saya tidak bermaksud mengajarkan filsafat isi kosong kepada anda, melainkan ingin menjelaskan bahwa logika memberikan langkah alur pemikiran yang jelas kepada kita, sehingga merasa ringan dan enjoy dalam mempelajari apapun pengetahuan yang ingin kita pelajari.
SIKAP ILMUWAN SEBAGAI
PENELITI
Pada
dasarnya semua orang pernah melakukan penelitian walaupun menggunakan metode
penelitian non ilmiah (unscientific)
karena dorongan rasa ingin tahu, untuk mendapatkan kebenaran. Namun ketika
seseorang peneliti menggunakan metode penelitian ilmiah (scientific research)
sering menemukan hambatan. Di samping peneliti dituntut menguasai cabang ilmu
pengetahuan yang ada hubungan dengan masalah yang diteliti, untuk mengurangi
hambatan, peneliti juga harus memiliki sikap-sikap yang dibutuhkan seorang ilmuwan sebagai
peneliti yaitu:
1.
Objektif, faktual, yaitu peneliti harus memiliki sikap objektif dan
peneliti memulai pembicaraannya berdasarkan fakta;
2.
Open, fair, responsible, yaitu peneliti harus bersikap terbuka terhadap
berbagai saran, kritik, dan perbaikan dari berbagai kalangan. Begitu pula
peneliti harus bersikap wajar, jujur dalam pekerjaannya, serta dapat
mempertanggungjawabkan semua pekerjaannya secara ilmiah;
3.
Curious, wanting to know, yaitu peneliti harus memiliki sikap
ingin tahu terutama kepada apa yang diteliti dan senantiasa haus akan
pengetahuan-pengetahuan baru. Berarti bahwa peneliti adalah orang-orang yang
peka terhadap informasi dan data;
4.
Inventive always, yaitu peneliti harus memiliki daya
cipta, kreatif, dan senang terhadap inovasi.
Selanjutnya peneliti dituntut memiliki
kemampuan lain yaitu:
1.
Think, critically, systematically, yaitu peneliti adalah seorang yang
memiliki wawasan, mempunyai kemampuan krtitis, dan dapat berfikir sistematis;
2.
Able to create, innovate, yaitu peneliti harus memiliki kemampuan mencipta karena
harus selalu menemukan atau membuat penemuan-penemuan baru;
3.
Communicate affectivity, yaitu peneliti harus memiliki
kemampuan untuk berkomunikasi dan memengaruhi pihak lain dengan komunikasi itu;
4.
Able to identify and formulate problem
clearly, yaitu mampu mengenal dan merumuskan
masalah dengan jelas;
5.
View a problem in wider context, yaitu mampu melihat suatu masalah dalam konteks yang
luas karena suatu masalah biasanya tidak berdiri sendiri.
Sikap Ilmiah Seorang Ilmuwan
Siapakah
seorang saintis / ilmuwan itu? Video dan artikel berikut ini mungkin akan
membuat Anda semakin paham tentang siapakah saintis dan apa pekerjaan mereka,
dan sikap apa yang perlu dimiliki oleh seorang saintis/ ilmuwan?
Berikut
sebuah video yang memaparkan siapakah seorang ilmuwan itu.
Seorang
peneliti harus mempunyai sikap ilmiah ketika menerapkan metode ilmiah. Beberapa
sikap ilmiah sebagai berikut.
1. Mampu Membedakan Opini dan Fakta
Opini adalah suatu pendapat yang belum teruji kebenarannya melalui suatu
penelitian. Adapun fakta adalah hasil suatu penelitian yang kebenarannya sudah
teruji.
2.
Memiliki Rasa Ingin Tahu Seorang peneliti biasanya selalu ingin mengetahui
segala hal. Keingintahuan dan minat atas segala sesuatu merupakan salah satu
dasar ditemukannya konsep, teori, dan hukum dalam bidang sains.
3. Peduli
terhadap Lingkungan Sikap peduli terhadap lingkungan harus tertanam dalam jiwa
seorang peneliti karena suatu penelitian akan sia-sia jika proses maupun
hasilnya merusak lingkungan. Sikap ilmiah ini dapat diwujudkan dengan ikut menjaga
kelestarian lingkungan.
4. Jujur
terhadap Fakta Seorang peneliti harus jujur dalam mengambil dan mengolah data
suatu penelitian. Tidak boleh ada pemalsuan (manipulasi) meskipun hasilnya
tidak sesuai dengan keinginannya.
5.
Terbuka dan Fleksibel Seorang peneliti harus terbuka dalam menyampaikan hasil
kajiannya. Terbuka di sini berarti mau menerima masukan, saran, dan kritikan
agar hasil penelitian menjadi lebih baik.
6. Berani
Mencoba Rasa ingin tahu tentang sesuatu tidak akan pernah terwujud tanpa keberanian
untuk mencoba. Seorang peneliti harus berani untuk mencoba mencari jawaban atas
berbagai pertanyaan yang ada di pikirannya.
7.
Berpendapat secara Ilmiah dan Kritis Seorang peneliti harus mampu berpendapat
secara ilmiah dan kritis. Setiap pendapat harus mempunyai dasar yang kuat dan
tepat. Oleh karena itu, seorang peneliti harus banyak membaca buku-buku
literatur untuk menambah wawasan.
8.
Bekerja Sama Pada saat melakukan percobaan seorang peneliti harus mampu bekerja
sama dengan orang lain sehingga percobaan dapat berhasil dengan baik.
9. Ulet
dan Gigih Seorang peneliti tidak boleh cepat berputus asa. Jika gagal dalam
suatu penelitian, peneliti harus segera mencari penyebab kegagalan itu dan
mencobanya lagi untuk memperoleh kesuksesan.
10.
Bertanggung Jawab Dalam melakukan penelitian, seorang peneliti harus dapat
bertanggung jawab terhadap hasil penelitiannya. Selain itu, keselamatan tim dan
keselamatan lingkungan juga menjadi tanggung jawabnya.
Diambil dari beberapa sumber dan
keritik saran yg menyakitkan kami harapkan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar