C. Istilah yang berkaitan
dengan periwayatan hadits
C. 

1. Tahammul wa Ada’ al-Hadits
Ulama
sepakat bahwa yang dimaksud dengan tahamul adalah “mengambil
atau menerima hadits dari seorang guru dengan salah satu cara tertentu. Dalam masalah
tahamul ini sebenarnya masih terjadi perbedaan pendapat di antara para kritikus
hadits, terkait dengan anak yang masih di bawah umur (belum baligh),
apakah nanti boleh atau tidak menerima hadits, yang nantinya juga
berimplikasi-seperti diungkapkan oleh al Karmani-pada boleh dan tidaknya hadits
tersebut diajarkan kembali setelah ia mencapai umur baligh ataukah malah
sebaliknya.
Ada‘ secara
etimologis berarti sampai/melaksanakan. Secara terminologis Ada‘ berarti
sebuah proses mengajarkan (meriwayatkan) hadits dari seorang guru kepada
muridnya.
Dengan demikian, Tahammul
wa Ada’ al-Hadits adalah meriwayatkan dan menyampaikan
hadits kepada murid, atau proses mereportasekan hadits setelah ia menerimanya
dari seorang guru.[9]
2. Rawi
Rawi menurut bahasa, adalah orang yang meriwayatkan hadits
dan semacamnya. Sedangkan menurut istilah yaitu orang yang menukil, memindahkan
atau menuliskan hadits dengan sanadnya baik itu laki-laki maupun perempuan.
Syarat-Syarat Rawi sebagai berikut :
a.
Islam, karena itu, hadits dari orang kafir
tidak diterima.
b.
Baligh, hadits dari anak kecil di tolak
c.
Adalah (sifat adil)
d.
Dhobth (teliti, cerdas dan kuat hafalannya)
3. Rijal al-Hadits
Yang dimaksud dengan Rijal al-Hadits
adalah orang-orang yang terlibat dalam periwayatan sebuah hadits, baik ia
sebagai periwayat yang berkedudukan sebagai sanad maupun yang ia sebagai
mukharrij yang berkedudukan sebagai rawi yang menghimpun hadits berkenaan dalam
kitabnya.[10]
4. Mukharrij
Kata Mukharrij merupakan
bentuk Isim Fa’il (bentuk pelaku) dari kata takhrij atau istikhraj dan ikhraj
yang dalam bahasa diartikan; menampakkan, mengeluarkan dan menarik. sedangkan
menurut istilah mukharrij ialah orang yang mengeluarkan, menyampaikan atau
menuliskan kedalam suatu kitab apa-apa yang pernah didengar dan diterimanya
dari seseorang (gurunya) . Di dalam suatu hadits biasanya disebutkan pada
bagian terakhir nama dari orang yang telah mengeluarkan hadits tersebut,
semisal mukharrij terakhir yang termaksud dalam Shahih Bukhari atau dalam Sahih
Muslim, ialah imam Bukhari atau imam Muslim dan begitu seterusnya.[11]
D. Istilah yang
berkaitan dengan banyaknya hadits yang diriwayatkan
1. Generasi pada masa Nabi (Sahabat)
Para sahabat Nabi yang digelari dengan al-Muktsirunfi
al-Hadits atau bendaharawan hadits, ialah para sahabat yang tergolong
banyak meriwayatkan hadits, yaitu lebih dari 1000 hadits yang diriwayatkan.[12]
Para sahabat itu ialah:
a. Abu
Harairah Radhiyallahu ‘anhu (wafat 57 H)
Abu
Hurairah adalah sahabat yang paling banyak meriwayatkan haditst Nabi
Shallallahu alaihi wassalam , ia meriwayatkan haditst sebanyak 5.374 haditst.[13]
Abu Hurairah memeluk Islam pada tahun 7 H,
tahun terjadinya perang Khibar, Rasulullah sendirilah yang memberi julukan “Abu
Hurairah”, ketika beliau sedang melihatnya membawa seekor kucing kecil. Julukan
dari Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam itu semata karena kecintaan beliau
kepadanya.
b.
Abdullah bin 'Umar Radhiyallahu 'anhu (wafat 72 H)
Periwayatan
paling banyak berikutnya sesudah Abu Hurairah adalah Abdullah bin Umar. Ia
meriwayatkan 2.630 hadits.[14]
Abdullah adalah putra khalifah ke dua Umar
bin al-Khaththab saudarah kandung Sayiyidah Hafshah Ummul Mukminin. Ia salah
seorang diantara orang-orang yang bernama Abdullah (Al-Abadillah al-Arba’ah)
yang terkenal sebagai pemberi fatwa. Tiga orang lain ialah Abdullah bin Abbas,
Abdullah bin Amr bin al-Ash dan Abdullah bin az-Zubair.
Ibnu Umar dilahirkan tidak lama setelah
Nabi diutus Umurnya 10 tahun ketika ikut masuk bersama ayahnya. Kemudian
mendahului ayahnya ia hijrah ke Madinah. Pada saat perang Uhud ia masih terlalu
kecil untuk ikut perang. Dan tidak mengizinkannya. Tetapi setelah selesai
perang Uhud ia banyak mengikuti peperangan, seperti perang Qadisiyah, Yarmuk,
Penaklukan Afrika, Mesir dan Persia, serta penyerbuan basrah dan Madain.
c. Anas
bin Malik Radhiyallahu ‘anhu (wafat 93 H)
Anas
bin Malik urutan ke tiga dari sahabat yang banyak meriwayatkan haditst, Ia
meriwayatkan sebanyak 2.286 hadits.[15]
Anas adalah (Khadam) pelayan Rasulullah
yang terpercaya, ketika ia berusia 10 tahun, ibunya Ummu sulaiman membawanya
kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam untuk berkhidmat. Ayahnya bernama
Malik bin an-Nadlr. Rasulullah sering bergurau dengan Anas bin Malik, dan
Rasulullah sendiri tidaklah bersikap seperti seorang majikan kepada hambanya.
d. Aisyah
binti Abu Bakar Radhiyallahu 'anha (wafat 57 H)
Aisyah
adalah istri Nabi Shallalahu ‘alaihi Wassalam putri Abu Bakar ash-Shiddiq teman
dan orang yang paling dikasihi Nabi, Aisyah masuk Islam ketika masih kecil
sesudah 18 orang yang lain. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam
memperistrinya pada tahun 2 H.
Aisyah meriwayatkan 2.210 hadits, diantara
keistimewaannya beliau sendiri kadang kadang mengeluarkan beberapa masalah dari
sumbernya, berijtihad secara khusus, lalu mencocokannya dengan pendapat pada
sahabat yang alim. Berkenaan dengan keahlian Aisyah, Az-Zarkasyi mengarang
sebuah kitab khusus berjudul Al-Ijabah li Iradi mastadrakathu Aisyah ‘ala
ash Shahabah. Hadits yang dinisbatkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wassalam menyatakan bahwa beliau bersabda “ Ambillah separuh agama kalian dari
istriku yang putih ini “, Sesungguhnya haditst ini tidak bersanad. Ibnu Hajar.
Al-Mizzi, Adz Dzahabi dan Ibnu Katsir menandaskan bahwa haditst itu dusta dan
dibuat buat.[16]
1. Tahammul wa Ada’ al-Hadits
Ulama
sepakat bahwa yang dimaksud dengan tahamul adalah “mengambil
atau menerima hadits dari seorang guru dengan salah satu cara tertentu. Dalam masalah
tahamul ini sebenarnya masih terjadi perbedaan pendapat di antara para kritikus
hadits, terkait dengan anak yang masih di bawah umur (belum baligh),
apakah nanti boleh atau tidak menerima hadits, yang nantinya juga
berimplikasi-seperti diungkapkan oleh al Karmani-pada boleh dan tidaknya hadits
tersebut diajarkan kembali setelah ia mencapai umur baligh ataukah malah
sebaliknya.
Ada‘ secara
etimologis berarti sampai/melaksanakan. Secara terminologis Ada‘ berarti
sebuah proses mengajarkan (meriwayatkan) hadits dari seorang guru kepada
muridnya.
Dengan demikian, Tahammul
wa Ada’ al-Hadits adalah meriwayatkan dan menyampaikan
hadits kepada murid, atau proses mereportasekan hadits setelah ia menerimanya
dari seorang guru.[9]
2. Rawi
Rawi menurut bahasa, adalah orang yang meriwayatkan hadits
dan semacamnya. Sedangkan menurut istilah yaitu orang yang menukil, memindahkan
atau menuliskan hadits dengan sanadnya baik itu laki-laki maupun perempuan.
Syarat-Syarat Rawi sebagai berikut :
a.
Islam, karena itu, hadits dari orang kafir
tidak diterima.
b.
Baligh, hadits dari anak kecil di tolak
c.
Adalah (sifat adil)
d.
Dhobth (teliti, cerdas dan kuat hafalannya)
3. Rijal al-Hadits
Yang dimaksud dengan Rijal al-Hadits
adalah orang-orang yang terlibat dalam periwayatan sebuah hadits, baik ia
sebagai periwayat yang berkedudukan sebagai sanad maupun yang ia sebagai
mukharrij yang berkedudukan sebagai rawi yang menghimpun hadits berkenaan dalam
kitabnya.[10]
4. Mukharrij
Kata Mukharrij merupakan
bentuk Isim Fa’il (bentuk pelaku) dari kata takhrij atau istikhraj dan ikhraj
yang dalam bahasa diartikan; menampakkan, mengeluarkan dan menarik. sedangkan
menurut istilah mukharrij ialah orang yang mengeluarkan, menyampaikan atau
menuliskan kedalam suatu kitab apa-apa yang pernah didengar dan diterimanya
dari seseorang (gurunya) . Di dalam suatu hadits biasanya disebutkan pada
bagian terakhir nama dari orang yang telah mengeluarkan hadits tersebut,
semisal mukharrij terakhir yang termaksud dalam Shahih Bukhari atau dalam Sahih
Muslim, ialah imam Bukhari atau imam Muslim dan begitu seterusnya.[11]
D. Istilah yang
berkaitan dengan banyaknya hadits yang diriwayatkan
1. Generasi pada masa Nabi (Sahabat)
Para sahabat Nabi yang digelari dengan al-Muktsirunfi
al-Hadits atau bendaharawan hadits, ialah para sahabat yang tergolong
banyak meriwayatkan hadits, yaitu lebih dari 1000 hadits yang diriwayatkan.[12]
Para sahabat itu ialah:
a. Abu
Harairah Radhiyallahu ‘anhu (wafat 57 H)
Abu
Hurairah adalah sahabat yang paling banyak meriwayatkan haditst Nabi
Shallallahu alaihi wassalam , ia meriwayatkan haditst sebanyak 5.374 haditst.[13]
Abu Hurairah memeluk Islam pada tahun 7 H,
tahun terjadinya perang Khibar, Rasulullah sendirilah yang memberi julukan “Abu
Hurairah”, ketika beliau sedang melihatnya membawa seekor kucing kecil. Julukan
dari Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam itu semata karena kecintaan beliau
kepadanya.
b.
Abdullah bin 'Umar Radhiyallahu 'anhu (wafat 72 H)
Periwayatan
paling banyak berikutnya sesudah Abu Hurairah adalah Abdullah bin Umar. Ia
meriwayatkan 2.630 hadits.[14]
Abdullah adalah putra khalifah ke dua Umar
bin al-Khaththab saudarah kandung Sayiyidah Hafshah Ummul Mukminin. Ia salah
seorang diantara orang-orang yang bernama Abdullah (Al-Abadillah al-Arba’ah)
yang terkenal sebagai pemberi fatwa. Tiga orang lain ialah Abdullah bin Abbas,
Abdullah bin Amr bin al-Ash dan Abdullah bin az-Zubair.
Ibnu Umar dilahirkan tidak lama setelah
Nabi diutus Umurnya 10 tahun ketika ikut masuk bersama ayahnya. Kemudian
mendahului ayahnya ia hijrah ke Madinah. Pada saat perang Uhud ia masih terlalu
kecil untuk ikut perang. Dan tidak mengizinkannya. Tetapi setelah selesai
perang Uhud ia banyak mengikuti peperangan, seperti perang Qadisiyah, Yarmuk,
Penaklukan Afrika, Mesir dan Persia, serta penyerbuan basrah dan Madain.
c. Anas
bin Malik Radhiyallahu ‘anhu (wafat 93 H)
Anas
bin Malik urutan ke tiga dari sahabat yang banyak meriwayatkan haditst, Ia
meriwayatkan sebanyak 2.286 hadits.[15]
Anas adalah (Khadam) pelayan Rasulullah
yang terpercaya, ketika ia berusia 10 tahun, ibunya Ummu sulaiman membawanya
kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam untuk berkhidmat. Ayahnya bernama
Malik bin an-Nadlr. Rasulullah sering bergurau dengan Anas bin Malik, dan
Rasulullah sendiri tidaklah bersikap seperti seorang majikan kepada hambanya.
d. Aisyah
binti Abu Bakar Radhiyallahu 'anha (wafat 57 H)
Aisyah
adalah istri Nabi Shallalahu ‘alaihi Wassalam putri Abu Bakar ash-Shiddiq teman
dan orang yang paling dikasihi Nabi, Aisyah masuk Islam ketika masih kecil
sesudah 18 orang yang lain. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam
memperistrinya pada tahun 2 H.
Aisyah meriwayatkan 2.210 hadits, diantara
keistimewaannya beliau sendiri kadang kadang mengeluarkan beberapa masalah dari
sumbernya, berijtihad secara khusus, lalu mencocokannya dengan pendapat pada
sahabat yang alim. Berkenaan dengan keahlian Aisyah, Az-Zarkasyi mengarang
sebuah kitab khusus berjudul Al-Ijabah li Iradi mastadrakathu Aisyah ‘ala
ash Shahabah. Hadits yang dinisbatkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wassalam menyatakan bahwa beliau bersabda “ Ambillah separuh agama kalian dari
istriku yang putih ini “, Sesungguhnya haditst ini tidak bersanad. Ibnu Hajar.
Al-Mizzi, Adz Dzahabi dan Ibnu Katsir menandaskan bahwa haditst itu dusta dan
dibuat buat.[16]
1. Tahammul wa Ada’ al-Hadits
Ulama
sepakat bahwa yang dimaksud dengan tahamul adalah “mengambil
atau menerima hadits dari seorang guru dengan salah satu cara tertentu. Dalam masalah
tahamul ini sebenarnya masih terjadi perbedaan pendapat di antara para kritikus
hadits, terkait dengan anak yang masih di bawah umur (belum baligh),
apakah nanti boleh atau tidak menerima hadits, yang nantinya juga
berimplikasi-seperti diungkapkan oleh al Karmani-pada boleh dan tidaknya hadits
tersebut diajarkan kembali setelah ia mencapai umur baligh ataukah malah
sebaliknya.
Ada‘ secara
etimologis berarti sampai/melaksanakan. Secara terminologis Ada‘ berarti
sebuah proses mengajarkan (meriwayatkan) hadits dari seorang guru kepada
muridnya.
Dengan demikian, Tahammul
wa Ada’ al-Hadits adalah meriwayatkan dan menyampaikan
hadits kepada murid, atau proses mereportasekan hadits setelah ia menerimanya
dari seorang guru.
2. Rawi
Rawi menurut bahasa, adalah orang yang meriwayatkan hadits
dan semacamnya. Sedangkan menurut istilah yaitu orang yang menukil, memindahkan
atau menuliskan hadits dengan sanadnya baik itu laki-laki maupun perempuan.
Syarat-Syarat Rawi sebagai berikut :
a.
Islam, karena itu, hadits dari orang kafir
tidak diterima.
b.
Baligh, hadits dari anak kecil di tolak
c.
Adalah (sifat adil)
d.
Dhobth (teliti, cerdas dan kuat hafalannya)
3. Rijal al-Hadits
Yang dimaksud dengan Rijal al-Hadits
adalah orang-orang yang terlibat dalam periwayatan sebuah hadits, baik ia
sebagai periwayat yang berkedudukan sebagai sanad maupun yang ia sebagai
mukharrij yang berkedudukan sebagai rawi yang menghimpun hadits berkenaan dalam
kitabnya.
4. Mukharrij
Kata Mukharrij merupakan
bentuk Isim Fa’il (bentuk pelaku) dari kata takhrij atau istikhraj dan ikhraj
yang dalam bahasa diartikan; menampakkan, mengeluarkan dan menarik. sedangkan
menurut istilah mukharrij ialah orang yang mengeluarkan, menyampaikan atau
menuliskan kedalam suatu kitab apa-apa yang pernah didengar dan diterimanya
dari seseorang (gurunya) . Di dalam suatu hadits biasanya disebutkan pada
bagian terakhir nama dari orang yang telah mengeluarkan hadits tersebut,
semisal mukharrij terakhir yang termaksud dalam Shahih Bukhari atau dalam Sahih
Muslim, ialah imam Bukhari atau imam Muslim dan begitu seterusnya.
D. Istilah yang
berkaitan dengan banyaknya hadits yang diriwayatkan
1. Generasi pada masa Nabi (Sahabat)
Para sahabat Nabi yang digelari dengan al-Muktsirunfi
al-Hadits atau bendaharawan hadits, ialah para sahabat yang tergolong
banyak meriwayatkan hadits, yaitu lebih dari 1000 hadits yang diriwayatkan.
Para sahabat itu ialah:
a. Abu
Harairah Radhiyallahu ‘anhu (wafat 57 H)
Abu
Hurairah adalah sahabat yang paling banyak meriwayatkan haditst Nabi
Shallallahu alaihi wassalam , ia meriwayatkan haditst sebanyak 5.374 haditst.
Abu Hurairah memeluk Islam pada tahun 7 H,
tahun terjadinya perang Khibar, Rasulullah sendirilah yang memberi julukan “Abu
Hurairah”, ketika beliau sedang melihatnya membawa seekor kucing kecil. Julukan
dari Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam itu semata karena kecintaan beliau
kepadanya.
b.
Abdullah bin 'Umar Radhiyallahu 'anhu (wafat 72 H)
Periwayatan
paling banyak berikutnya sesudah Abu Hurairah adalah Abdullah bin Umar. Ia
meriwayatkan 2.630 hadits.
Abdullah adalah putra khalifah ke dua Umar
bin al-Khaththab saudarah kandung Sayiyidah Hafshah Ummul Mukminin. Ia salah
seorang diantara orang-orang yang bernama Abdullah (Al-Abadillah al-Arba’ah)
yang terkenal sebagai pemberi fatwa. Tiga orang lain ialah Abdullah bin Abbas,
Abdullah bin Amr bin al-Ash dan Abdullah bin az-Zubair.
Ibnu Umar dilahirkan tidak lama setelah
Nabi diutus Umurnya 10 tahun ketika ikut masuk bersama ayahnya. Kemudian
mendahului ayahnya ia hijrah ke Madinah. Pada saat perang Uhud ia masih terlalu
kecil untuk ikut perang. Dan tidak mengizinkannya. Tetapi setelah selesai
perang Uhud ia banyak mengikuti peperangan, seperti perang Qadisiyah, Yarmuk,
Penaklukan Afrika, Mesir dan Persia, serta penyerbuan basrah dan Madain.
c. Anas
bin Malik Radhiyallahu ‘anhu (wafat 93 H)
Anas
bin Malik urutan ke tiga dari sahabat yang banyak meriwayatkan haditst, Ia
meriwayatkan sebanyak 2.286 hadits.
Anas adalah (Khadam) pelayan Rasulullah
yang terpercaya, ketika ia berusia 10 tahun, ibunya Ummu sulaiman membawanya
kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam untuk berkhidmat. Ayahnya bernama
Malik bin an-Nadlr. Rasulullah sering bergurau dengan Anas bin Malik, dan
Rasulullah sendiri tidaklah bersikap seperti seorang majikan kepada hambanya.
d. Aisyah
binti Abu Bakar Radhiyallahu 'anha (wafat 57 H)
Aisyah
adalah istri Nabi Shallalahu ‘alaihi Wassalam putri Abu Bakar ash-Shiddiq teman
dan orang yang paling dikasihi Nabi, Aisyah masuk Islam ketika masih kecil
sesudah 18 orang yang lain. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam
memperistrinya pada tahun 2 H.
Aisyah meriwayatkan 2.210 hadits, diantara
keistimewaannya beliau sendiri kadang kadang mengeluarkan beberapa masalah dari
sumbernya, berijtihad secara khusus, lalu mencocokannya dengan pendapat pada
sahabat yang alim. Berkenaan dengan keahlian Aisyah, Az-Zarkasyi mengarang
sebuah kitab khusus berjudul Al-Ijabah li Iradi mastadrakathu Aisyah ‘ala
ash Shahabah. Hadits yang dinisbatkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wassalam menyatakan bahwa beliau bersabda “ Ambillah separuh agama kalian dari
istriku yang putih ini “, Sesungguhnya haditst ini tidak bersanad. Ibnu Hajar.
Al-Mizzi, Adz Dzahabi dan Ibnu Katsir menandaskan bahwa haditst itu dusta dan
dibuat buat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar